Irfan Bachdim, pemain blasteran Indo-Belanda ini dalam waktu yang singkat berhasil menyedot perhatian publik sepak bola Bandung. Aksi perdana pemain kelahiran Amsterdam, 11 Agustus 1988 ini, meski hanya dalam sesi latihan biasa bersama Persib Junior langsung menuai decak kagum dari para Bobotoh.
Skill individu khas Eropa yang di asahnya ketika merumput di liga Belanda membuat Ia terlihat beda dari pemain lain seusianya untuk ukuran liga Indonesia. Irfan memang hanya tergabung dalam klub kecil di Liga Belanda dan lebih sering membela pasukan juniornya. Klub yang terakhir dibelanya di Belanda, HFC Harlem malah harus gulung tikar. Namun di mata para Bobotoh Irfan tetap mempesona, apalagi bagi para Bobotoh wanita, disamping masih belia, Ia juga punya tampang yang menyejukan.
Ketika untuk pertama kalinya Irfan menyaksikan Persib Bandung berlaga menghadapi PSPS, Ia pun langsung terpesona oleh atmosfir yang diciptakan para Bobotoh di dalam Stadion. Tanpa ragu Irfan mengatakan kalau Persib dan Bandung adalah tempat yang paling cocok untuk mengembangkan karirnya. Selain udaranya yang tidak terlalu panas, Irfan juga terpesona dukungan langsung Bobotoh di Stadion yang tak kalah hebat dari suporter di Eropa, gayung pun bersambut kahadiran Irfan di sambut hangat Bobotoh.
Kehadiran Irfan di Bandung sebenarnya dalam momentum yang tepat, karena di saat yang sama Persib sendiri tengah mencari alternatif pengganti idola baru para Bobotoh, Suchao Nutnum, yang akan segera habis masa kontraknya dengan Persib. Moment inilah yang membuat sebagian besar Bobotoh menaruh harapan kepada Manajemen untuk segera mengikat Irfan Bachdim dalam balutan seragam biru. Bobotoh tentunya tak mau terus bersedih setelah ditinggal Suchao dan segara mengharapkan penggantinya. Apalagi tersiar kabar seteru abadi Persib, Persija Jakarta juga mengincar Irfan. Berita yang tentunya sangat tidak diharapkan Bobotoh jika Irfan bergabung dengan Persija.
Namun pandangan Bobotoh terhadap Irfan tidak serta merta sejalan dengan pandangan dari Pelatih Persib baik Pelatih Junior maupun Senior. Mustika Hadi (Pelatih Persib U-21) yang menyaksikan Irfan dalam sesi latihan pertama bersama Persib Junior mengatakan, Irfan memang mempunyai skill diatas rata-rata pemain seusianya namun Mustika menilai untuk bermain di Liga Indonesia yang keras. Faktor kekuatan fisik (strength) Irfan masih lemah. Irfan sendiri baru pertama kalinya memainkan bola di Indonesia dan Ia sadar harus segara beradaptasi. Walaupun sebagai pemain profesional, Ia mengaku siap segera beradaptasi dengan sepak bola Indonesia yang keras. Hal ini terungkap ketika Ia menjawab beberapa pertanyaan dari pembaca Simamaung.com.
Dan keputusan yang sangat mengejutkan banyak Bobotoh akhirnya keluar dari Pelatih Senior Maung Bandung, Jaya Hartono, setelah melihat penampilan Irfan dalam latihan bersama pasukan Maung Senior. Jaya mengatakan Persib tidak membutuhkan Irfan. Tipe permainan stylish khas Eropa yang diusung Irfan tidak cocok untuk iklim sepak bola Indonesia yang keras, sedangkan untuk memberinya kesempatan beradaptasi, Jaya menilai sudah tidak ada waktu lagi, yang dibutuhkan Persib saat ini adalah pemain siap tempur.
Jaya lebih tertarik mengamati permaian dua pemain asal Jepang dan Korea Selatan yang juga ikut seleksi. Keputusan Jaya ini langsung menuai reaksi keras dari sebagian besar Bobotoh termasuk pengunjung Simamaung.com dalam kolom komentar yang disediakan. Para Bobotoh menulis beragam komentar yang intinya sangat kecewa dengan keputusan Jaya. Lantas salahkah keputusan Jaya yang mengecewakan sebagian besar Bobotoh? mari kita coba telaah keputusan Jaya Hartono tanpa mengedepankan emosi semata.
Diawali ketika melatih Persik Kediri tahun 2003, sudah kurang lebih tujuh tahun Jaya mengarungi Liga Indonesia sebagai Pelatih dengan berbagai klub. Jaya tentunya sedikit banyak faham atmosfir Liga Indonesia dan tahu tipe-tipe pemain seperti apa yang dibutuhkan klub disaat yang tepat. Dan dalam memilih pemain seorang Pelatih memiliki banyak pertimbangan, tidak hanya bermodalkan curriculum vitae yang mentereng.
Yang paling utama adalah urgensi dari kebutuhan klub. Apalagi perubahan pemain terjadi di tengah kompetisi, ketika semua sudah berjalan, dan dituntut bergerak serba cepat, maka di saat seperti ini tentu hal yang riskan untuk memilih pemain hanya berdasarkan curriculum vitae. Ditambah dalam kasus ini, pemain yang bersangkutan mengajukan deadline untuk dipilih atau tidak sehingga tidak tersedia cukup waktu untuk memantau kemampuan dari pemain yang bersangkutan.
Dalam situasi gamang seperti ini Pelatih tentu lebih memilih memantau pemain lain yang bersedia dipantau tanpa harus dibatasi waktu, apalagi pemain tersebut memenuhi kriteria yang dibutuhkan klub. Sangat wajar jika Jaya lebih memilih pemain yang siap tempur ditengah kompetisi yang sedang berjalan. Lain ceritanya jika Irfan datang di awal komeptisi dimana tersedia cukup waktu untuk memberi kesempatan kepada permain baru unmtuk beradaptasi.
Kita sebagai Bobotoh memang pantas kecewa dengan lepasnya Irfan, karena dalam pandangan kita Ia bisa menjadi aset bagi Persib dimasa yang akan datang, kalaupun Ia tidak bersinar saat ini. Namun juga kita harus membatasi diri sejauh mana kita melangkah.Kita harus belajar menghargai wewenang pelatih dalam proses mengisi kebutuhan pemain untuk klub.
Saat ini keputusan sudah diambil. Meski itu tidak sejalan dengan keinginan kita, namun demi kepentingan Persib mari kita berhentil menyalahkan Pelatih. Sebaliknya, mari kita beri dukungan positif agar semua bisa berjalan berdampingan mengawal Persib berprestasi.
Berkaca dari pengalaman ketika Persib ditangani Arcan Iurie ketika mendepak Nyeck Nyobe dan menggantikannya dengan Leo Chitescu. Persitiwa tersebut sangat tidak direstui Bobotoh. Akibatnya, dampak psikologisnya sangat dahsyat bagi perjalan Persib di putaran kedua.
Atau tentu kita ingat peristiwa turunnya Risnandar Soendoro dari Pelatih Persib karena desakan kuat Bobotoh di musim 2005, namun hasilnya tidak menjadi lebih baik, Persib bahkan nyaris terdegradasi.
Kita tentunya tidak menginginkan kejadian-kejadian tersebut terulang kembali. Maka, sebaiknya situasi-situasi seperti ini dihindari dan mari kita ciptakan suasana yang kondusif dengan memberikan keleluasan kepada tim Pelatih untuk menentukan komposisi pemain.
0 Komentar:
Post a Comment
Silakan isi box komentar